Masa Lalu Lebih Baik ditumpuk Dengan Kenangan Baru

Masa Lalu Lebih Baik ditumpuk Dengan Kenangan Baru - @Storykanha

"Pada akhirnya semua telah berlalu Bagaimanapun kita telah melewati ini semua Biarlah ini menjadi kisah di pojok kenangan yang suatu hari nanti akan kita lupakan atau bahkan akan menjadi sebatas kenangan Yang terjadi telah terjadi Tidak ada yang bisa disalahkan kalau nyatanya dulu kita pernah sepakat untuk saling menyatukan Bagaimanapun, di masa lalu aku pernah kau sebut sayang dan begitupun juga kamu pernah menyemangatiku untuk berjuang meraih mimpiku Namun sudahlah, aku dan kau telah usai."


Menurutku, ada saatnya kita perlu memberi waktu untuk bertanya pada diri sendiri. Bukan berarti harus 'menyediakan', ketika kita tersadar dengan sendiri, misalnya. Aku pernah membaca satu kalimat, bunyinya 'Time flies and nothing changes'. Muncul pertanyaan, benarkah tidak ada yang berubah? Yang aku tahu, waktu selalu memberi ruang untuk menunjukkan akan apa yang sedang atau telah terjadi. Segala sesuatu yang terjadi patutnya digolongkan dalam perubahan.

Aku pernah bercerita sesuatu pada seorang teman. Sesuatu ini tentang hal yang aku rasakan dan baru saja aku sadari. Ketika orang yang telah ada untuk mengisi hari-hari, tiba saatnya memilih pergi. Cerita yang awalnya indah, akhirnya menjadi kisah yang membuat sedih. Memang benar, cerita-cerita itu akan menjadi kenangan, kesan atau sesuatu yang membekas dalam ingatan.

Kemudian, begini temanku menanggapinya:

Yang bisa dipelajari, kenangan bukan untuk dilupakan, kenangan bakal selalu ada di sudut memori kita. Kenangan masa lalu baiknya ditumpuk dengan kenangan baru.

Kita boleh jadi membenci atas kehidupan ini, boleh kecewa, boleh marah. Tapi ingatlah nasihat lama, tidak pernah ada pelaut yang merusak kapalnya sendiri. Akan dia rawat kapalnya hingga dia bisa tiba di pelabuhan terakhir. Maka jangan rusak kapal kehidupan milikmu hingga dia tiba di dermaga terakhirnya (Tere Liye – Rindu: 284).

Aku merasa telah berhasil melakukannya, ternyata belum. Aku masih berada pada tataran proses melupakan. Belum sepenuhnya. Katanya, itu hal yang wajar. Benarkah.?