Tentang Aku, Kamu & Sepotong Rindu Yang Tertinggal

Tentang Aku, Kamu & Sepotong Rindu Yang Tertinggal - @Storykanha

Manusia boleh saja merencanakan segala hal yang mereka inginkan, tetapi apa daya jikalau semesta memiliki rencananya juga. Manusia dengan semesta, seperti nol berbanding sepuluh sudah seperti ketentuan yang tidak dapat diubah lagi, manusia memang ditakdirkan untuk siap pada segala kemungkinan dalam hidupnya. Seperti perpisahan, mau ataupun tidak mau siap ataupun tidak siap kita harus bisa menerima kenyataan.

Memang seharusnya setiap hal yang indah, akan berakhir indah, bukan.? Tetapi, semesta mungkin punya rencana lain. dan aku harus siap menerimanya. Ketika itu hanya kamu, maka tidak ada yang lain selain kamu.

Hai cerita lama, apa kabarmu.? Aku berharap kamu baik-baik saja dengan cerita baru. Jangan sepertiku yang masih saja terpaku padamu, juga pada kenangan-kenangan yang masih susah pergi dari ingatanku.

Bercerita kembali tentangmu, bukan untuk membuka luka lama dan membuat luka baru, tetapi lebih kepada membuka buku harian lama yang sebelumnya sudah aku kunci rapat-rapat. disitu tertulis rapi segala hal semua tentangmu, tentang kita yang tidak pernah ingin aku lewatkan satu lembarnya. Karena kamu adalah tokoh terpenting didalamnya, dan kisah kita adalah alur yang aku ciptakan untuk memiliki akhir yang bahagia.

Tetapi semuanya hanya tinggal kenangan. Karena cerita hanya cerita, aku mungkin bisa menuliskan akhir yang bahagia, tapi ada yang lebih berhak mengatakan tidak. Yaitu semesta.

Maafkan aku yang masih mengartikan rindu sebagai kamu. Senyumanmu yang hangat serta tawa renyah ketika aku melihatmu yang masih malu-malu.

Karena mencintaimu adalah hal pertama yang muncul dibenakku, maka perpisahan adalah hal terakhir, dan melupakanmu menjadi hal yang tidak pernah aku inginkan.

Entah mengapa, dari sekian banyak hal yang aku rindukan, saat-saat kamu tersenyum dan tertawa adalah bagian terpalingNya. Aku sudah pernah mengatakanNya sebelumnya bukan.? Bahwa senyum dan tawamu adalah kata lain dari jatuh cinta padamu. Senyummu yang sehangat matahari dan itu seringkali menularkan padaku yang notabenenya pendiam. Tawamu renyahmu yang seringkali menertawaiku karena masih malu-malu dikala duduk berdua denganmu.

Dahulu, aku bisa dengan mudahnya mendapatkan senyum darimu. dan aku juga bisa dengan puas mendengar suara tawamu. Tapi kini, semua tidak terjangkau. Semua seperti sudah memiliki pembatas, dan aku hanya bisa memandangnya dari kejauhan saja.

Aku tidak menyesali perpisahan, aku hanya menyesali kepada waktu yang sia-sia terbuang tanpa mengabadikanNya dalam bingkai dan tulisan.

Satu hal yang tidak pernah terlintas dalam kepalaku saat bersamamu yaitu perpisahan. Seperti layaknya sifat kekal manusia, ketika sudah mendapatkan apa yang diinginkan, maka pengertian dari hasil akhir adalah disana. Seperti aku ketika dahulu aku memilikimu. Begitu dengan beraninya, aku memikirkan bahwa selamanya akan bersamamu, selamanya akan ada aku dan kamu. Bahwa yang terus dan terus aku lihat adalah kamu.

Tapi masalalu kita kini semuanya sudah selesai, rasanya buang-buang waktu apabila aku terus meratapi perpisahan. dan akhirnya selalu ada kamu yang menjadi sepotong rindu pada waktu-waktu tertentu sendiriku dimana kamu yang masih ada pada bayanganku.

Aku sudah lelah berlari, tidak hanya satu arah tetapi ke berbagai arah yang berbeda, tetapi hasilnya sama saja, semua kembali ketempat yang sama. Karena sejatinya rindu bukan untuk ditinggalkan, tetapi dibiarkan. Jadi sengaja aku membiarkan rindu itu berkelana selama yang ia mau, karena nanti jika rindu sudah pada tahap lelah dan ingin pergi maka dengan sendirinya dia akan pergi. Aku membiarkan sepotong rindu tentangmu didalam jiwaku. Sampai pada saatnya nanti dia ingin hilang, sampai pada saatnya nanti dia menemukan sepotong rindu yang lain.